Hari ini, 2 Mei 2024, kembali bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Sekitar seminggu sebelumnya, kita juga memperingati Hari Bumi pada 22 April. Apa kaitannya dua hari ini yang secara rutin kita peringati ?
Tanggal 2 Mei adalah momentum yang sangat baik untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan oleh bangsa ini dalam hal pendidikan. Banyak hal yang sudah dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan kalangan lainnya dalam meningkatkan pendidikan sebagai amanat konstitusi untuk mencerdaskan bangsa ini. Itu sudah semestinya diapresiasi dan dihormati.
Namun, pendidikan sekarang tidak boleh terlepas dari tantangan dan masalah baru yang mendesak yang muncul di era kontemporer ini. Salah satunya adalah krisis lingkungan baik global maupun nasional yang menuntut perhatian serius semua pihak mengingat sudah begitu dahsyatnya kerusakan lingkungan dalam berbagai aspeknya.
Fakta bahwa Hari Pendidikan Nasional diperingati berdekatan dengan Hari Bumi menunjukkan dengan jelas kaitan erat antara pendidikan dan lingkungan. Apakah sistem pendidikan kita sudah merespon semestinya isu-isu lingkungan ini?
Jawabannya tampaknya tidak memuaskan. Karena itu, saatnya sistem pendidikan kita tidak mengabaikan persoalan lingkungan dan menjadikannya sebagai isu krusial yang mesti direspon dengan serius dalam pendidikan kita di berbagai aspeknya.
Pendekatan Integral
Penanganan masalah lingkungan dalam sistem pendidikan memerlukan pendekatan multifaset yang mengintegrasikan pendidikan lingkungan di berbagai tingkat dan disiplin ilmu. Banyak langkah yang bisa diambil untuk mewujudkan bagaimana sistem pendidikan dapat menangani masalah lingkungan secara tepat di dunia kontemporer.
Pertama, integrasi kurikulum. Dengan ini, kita bisa menyematkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum inti di semua mata pelajaran dan tingkat pendidikan, mulai Sekolah Dasar hingga universitas. Ini memang tantangan besar mengingat pendidikan kita sejauh ini tidak membuat anak bangsa ini memiliki literasi lingkungan (environmental literacy) yang bermuara pada kesadaran lingkungan (environmental awareness).
Langkah-langkah yang bisa ditempuh meliputi pengembangan modul antardisiplin yang mengeksplorasi masalah lingkungan dari sudut pandang ilmiah, sosial, ekonomi, dan etika. Selain itu, perlunya penyertaan studi kasus dunia nyata dan contoh untuk mengilustrasikan relevansi masalah lingkungan dengan kehidupan siswa dan mahasiswa
Kedua, pembelajaran berbasis pengalaman. Pendidikan kita dalam berbagai tingkatan tidak boleh hanya fokus pada pengetahuan, melainkan juga pada pengalaman untuk pembinaan karakter bangsa. Dalam konteks pendidikan dan lingkungan, lembaga pendidikan dapat mengorganisir kunjungan lapangan, kegiatan di luar ruangan, dan proyek praktik yang memungkinkan siswa dan mahasiswa terlibat langsung dengan lingkungan mereka.
Mereka dapat mendorong keterlibatan masyarakat dan kemitraan dengan organisasi lingkungan lokal untuk menyediakan pengalaman belajar yang autentik. Para pejabat dan pendidik mesti berkomitmen untuk membangun rasa tanggung jawab lingkungan melalui inisiatif praktis seperti taman sekolah, program pengurangan sampah, dan proyek konservasi energi.
Ketiga, pelatihan dan pengembangan profesional pendidik. Pendekatan integral antara pendidikan dan lingkungan dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan dan kesempatan pengembangan profesional yang komprehensif bagi guru dan dosen untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam pendidikan lingkungan
Lembaga eksekutif dan legislatif yang berwenang dapat menyediakan sumber daya, materi, dan pedoman kurikulum untuk mendukung pendidik dalam mengintegrasikan masalah lingkungan ke dalam praktik mengajar mereka. Mereka juga dapat mendorong kolaborasi dan berbagi pengetahuan di antara pendidik untuk mempromosikan praktik terbaik dalam pendidikan lingkungan.
Keempat, pengembangan berpikir kritis dan memecahkan masalah. Sistem pendidikan kita semestinya dirancang untuk mendorong keterampilan berpikir kritis dengan mendorong siswa dan mahasiswa untuk menganalisis dan mengevaluasi masalah lingkungan dari berbagai perspektif.
Mereka dilatih untuk membangun keterampilan pemecahan masalah yang menantang mereka untuk mengusulkan solusi inovatif menghadapi tantangan krisis lingkungan dalam komunitas mereka. Sistem pendidikan kita juga semestinya dapat memberdayakan siswa dan mahasiswa untuk menjadi agen perubahan dengan menanamkan rasa kemampuan dan tanggung jawab dalam mengatasi masalah lingkungan.
Kelima, perspektif kewarganegaraan global. Dengan pendekatan yang integral antara pendidikan dan lingkungan, sistem pendidikan kita dirancang untuk membangun rasa kewarganegaraan global dengan mengeksplorasi keterkaitan masalah lingkungan secara global. Ini akan mendorong pertukaran lintas budaya dan kolaborasi dengan siswa dan mahasiswa dari negara lain untuk mengatasi tantangan lingkungan bersama.
Rasa menjadi bagian dari warga global ini akan mempromosikan kesadaran tentang perjanjian, kesepakatan, dan inisiatif lingkungan global serta mendorong siswa dan mahasiswa untuk mengadvokasi kebijakan berkelanjutan di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
Terakhir, integrasi teknologi. Pendekatan integral pendidikan dengan lingkungan dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang seperti realitas virtual dan platform digital untuk meningkatkan pengalaman pendidikan lingkungan. Cara ini dapat menggabungkan sumber daya digital dan platform pembelajaran online untuk menyediakan akses ke informasi terbaru, data, dan sumber daya multimedia tentang masalah lingkungan.
Langkah ini juga dapat mendorong penggunaan teknologi untuk pemantauan lingkungan, pengumpulan data, dan analisis untuk melibatkan siswa dan mahasiswa dalam kajian ilmiah dan penelitian tentang lingkungan yang bermanfaat bagi penyelamatan bumi.
Tidak Sekedar Upacara
Dengan mengadopsi pendekatan holistik yang mengintegrasikan pendidikan lingkungan ke dalam sistem pendidikan, negara dapat memberdayakan generasi mendatang untuk menjadi literat lingkungan, terlibat secara kritis, dan menjadi pengelola proaktif planet bumi ini. Ini tidak hanya membekali siswa dan mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan lingkungan kontemporer, tetapi juga memupuk rasa tanggung jawab dan komitmen untuk menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan bagi hari ini dan esok, bagi kita sekarang dan generasi mendatang.
Sudah saatnya kita menjadikan hari-hari nasional seperti Hari Pendidikan Nasional ini tidak sekadar upacara, melainkan momentum melakukan perubahan sistemik dan substantif untuk penghormatan atas kemanusiaan dan penyelamatan bumi, planet satu-satunya yang sejauh ini bisa kita tinggali.
Asep Muhamad Iqbal, Centre for Asian Social Science Research, FISIP, UIN Bandung
Source : https://jabar.nu.or.id/