Selamat Datang Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung!

Semangat Kartini di Zaman Digital: Emansipasi Tanpa Batas

Sumber ilustrasi: Media Indonesia

“Habis gelap terbitlah terang,” demikian ungkapan Ibu Kartini yang menggambarkan perjuangan nya. Kalimat ini bukan sekadar metafora, melainkan refleksi dari keberanian dan visi seorang perempuan muda yang menolak tunduk pada nasib yang ditentukan oleh tradisi.

Tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini, bukan tanpa alasan bangsa ini menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Kartini. Tanggal tersebut menandai hari kelahiran Raden Ajeng Kartini pada tahun 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Penetapan Hari Kartini sebagai hari nasional dilakukan untuk mengenang dan menghormati jasa-jasanya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, terutama dalam hal pendidikan dan kebebasan berpikir.

Lebih dari satu abad sejak R.A. Kartini menyuarakan kegelisahannya melalui surat-surat yang menggugah, semangat perjuangannya terus hidup dan bertransformasi. Transformasi sosial dan kemajuan teknologi telah membuka ruang yang lebih luas bagi perempuan untuk mengakses pengetahuan, berkontribusi dalam pembangunan, serta memperjuangkan hak-haknya secara lebih efektif dan inklusif.

Dalam perspektif akademik, emansipasi perempuan tidak hanya menjadi isu sosial, tetapi juga menjadi bagian integral dari pembangunan berkelanjutan. Partisipasi perempuan dalam dunia digital sangat penting untuk menciptakan ekosistem yang adil dan berkelanjutan. Namun tantangan tetap ada mulai dari kesenjangan digital, kekerasan berbasis gender di ruang siber, hingga stereotip peran gender yang masih tertanam kuat dalam budaya masyarakat.

Meski demikian, perempuan Indonesia telah menunjukkan daya adaptasi dan daya juang yang luar biasa. Perempuan kini hadir sebagai inovator teknologi, akademisi, pemimpin organisasi, hingga penggerak sosial. Dalam dunia pendidikan tinggi, kontribusi perempuan semakin signifikan baik sebagai mahasiswa, dosen, maupun peneliti.

Namun, esensi dari semangat Kartini bukan hanya pada pencapaian, tetapi juga pada kesadaran kritis untuk terus belajar, mengasah empati, serta memperjuangkan nilai-nilai keadilan sosial. Kartini mengajarkan bahwa pendidikan bukan semata-mata soal akademik, tetapi tentang membentuk manusia yang merdeka dalam berpikir dan bertindak.

Writer: Tiara Diassalsabila

Scroll to Top