Selamat Datang Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung!

Seminar Pilar Kebangsaan: Membangun Fondasi Tangguh di tengah Politik Identitas dan Polarisasi

Bandung (14/10/2025) – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Sunan Gunung Djati Bandung kembali menggelar seminar kebangsaan bertema “Pilar Kebangsaan: Fondasi Tangguh dalam Menyikapi Politik Identitas dan Polarisasi Sosial.” Kegiatan ini menghadirkan narasumber utama Dr. H. Asep Sahid Gatara, M.Si., CPS, dan turut dihadiri oleh anggota DPR RI Komisi VIII, Dr. Atalia Praratya, S.I.P., M.I.Kom.

Dalam sambutan pembukaannya, Dr. Atalia menegaskan pentingnya memperkuat pemahaman ideologi Pancasila di kalangan generasi muda. Ia mengingatkan mahasiswa agar tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang memecah belah serta menanamkan tiga modal utama mahasiswa: akal kritis, idealisme, dan keberanian untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

Sementara itu, Dr. Asep Sahid Gatara dalam paparannya bertajuk “Politik Identitas dan Masa Depan Kebangsaan dan Demokrasi” menekankan pentingnya memperkuat identitas nasional sebagai landasan pembangunan bangsa. Ia menjelaskan bahwa sejak awal kemerdekaan, Indonesia dibangun melalui dua kekuatan besar, yakni kekuatan militer dan kekuatan politik, yang sama-sama berperan dalam menjaga persatuan nasional. Dr. Asep juga menyoroti pentingnya partisipasi perempuan dalam dunia politik, dengan pernyataannya yang menggugah: “Perempuan yang melawan harus menggema di mana-mana.”

Lebih lanjut, Dr. Asep menekankan empat pilar kebangsaan sebagai fondasi utama kehidupan berbangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ia menjelaskan bahwa keempat pilar ini mengandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial yang harus diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, apabila nilai-nilai tersebut benar-benar diimplementasikan oleh seluruh elemen bangsa, Indonesia akan menjadi negara yang kuat, sejahtera, dan disegani di kancah internasional.

Dalam sesi diskusi, peserta seminar mengajukan beragam pertanyaan menarik. Salah satu peserta, Andly, menyoroti pentingnya indikator konkret dalam penerapan empat pilar agar tidak hanya menjadi slogan. Menanggapi hal ini, Dr. Asep menyampaikan bahwa kesadaran elit politik merupakan cerminan dari masyarakat, sehingga pembudayaan nilai kebangsaan harus dimulai dari pendidikan dan kesadaran kolektif.

Pertanyaan lain datang dari Fauzi yang menyinggung tragedi ambruknya bangunan pesantren di Sidoarjo. Menanggapi hal ini, Dr. Atalia menjelaskan bahwa kurangnya izin dan pengawasan menjadi penyebab utama, sekaligus menegaskan pentingnya audit kelayakan infrastruktur pesantren agar tragedi serupa tidak terulang.

Menutup sesi, Mutiara menanyakan relevansi empat pilar bagi generasi muda masa kini. Dr. Asep menjawab bahwa mahasiswa harus menjadi agent of change yang menjembatani perbedaan dan menumbuhkan toleransi di tengah masyarakat yang beragam.

Seminar ditutup dengan harapan agar seluruh peserta mampu mengimplementasikan nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan dalam kehidupan nyata serta menjadi garda terdepan dalam menjaga persatuan bangsa di tengah tantangan politik identitas dan polarisasi sosial yang semakin kompleks.

Writer: Muhammad Ravy Nugraha

Editor: Tiara Diassalsabila

Scroll to Top