
Bandung, 3 Juli 2025. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung melalui Centre for Asian Social Science Research (CASSR) menyelenggarakan Seminar Internasional bertema “Universities and Giving Back: Revitalizing the Spirit of Philanthropy in Academia”. Kegiatan ini berlangsung di Aula FISIP 1 dan menghadirkan narasumber dari dua institusi terkemuka, yakni Dr. Azni Zarina Taha, Executive Director UM Giving dari Universiti Malaya, dan Dr. Nurmawan, dosen senior dari Departemen Sosiologi FISIP UIN Bandung. Seminar ini dipandu oleh A.M. Iqbal, Ph.D, selaku Direktur CASSR FISIP UIN Bandung.Dalam pemaparannya, Dr. Azni membagikan pengalaman Universiti Malaya dalam mengembangkan skema pendanaan pendidikan tinggi yang inovatif dan berkelanjutan melalui platform UM Giving. Skema ini mencakup berbagai bentuk pendanaan filantropis seperti zakat, wakaf, endowment, donasi umum, hingga sumbangan dalam bentuk barang. UM Giving telah menjadi penggerak utama dalam mendanai kebutuhan jangka panjang universitas, termasuk riset-riset besar yang tidak bergantung pada pendanaan negara, pengembangan infrastruktur kampus, pemberian beasiswa, dukungan kegiatan mobilitas akademik, serta program-program penguatan kesejahteraan mahasiswa.

Dr. Azni menekankan bahwa keterlibatan publik, terutama dari kelompok masyarakat mampu dan alumni, merupakan kunci keberlanjutan universitas di era saat ini. Pendanaan dari negara semakin terbatas, sementara tantangan akademik dan riset semakin kompleks. Di sinilah filantropi memainkan peran strategis: sebagai sumber daya alternatif yang tidak hanya menopang keuangan institusi, tetapi juga membangun kedekatan emosional antara kampus dan para pemangku kepentingannya. Universitas bukan lagi sekadar tempat belajar, tetapi menjadi ruang kolaborasi sosial di mana individu, lembaga, dan komunitas dapat berkontribusi secara bermakna.
Sementara itu, Dr. Nurmawan memberikan refleksi teoritis dan kontekstual mengenai akar budaya dan keagamaan dari praktik filantropi di Indonesia. Ia menunjukkan bahwa nilai memberi dan berbagi adalah bagian integral dari ajaran semua agama besar di dunia. Dalam Islam, konsep al-birr menempatkan kebaikan dan kedermawanan sebagai puncak kebajikan moral. Dalam Hindu dikenal konsep dana dan seva, dalam Yudaisme terdapat zedakah, dan dalam tradisi Kristen, cinta kasih diwujudkan melalui kepedulian kepada sesama. Di Indonesia, praktik filantropi bahkan telah menjadi pilar penting dalam sejarah pendidikan dan pembentukan masyarakat sipil.
Lebih jauh, Dr. Nurmawan menekankan bahwa filantropi tidak semata-mata menyangkut soal donasi atau sumbangan, melainkan tentang bagaimana universitas membangun model relasi sosial yang berkelanjutan dengan masyarakat. Melalui kontribusi filantropis dari alumni, universitas tidak hanya menerima (receiving), tetapi juga memberi kembali (giving back) kepada masyarakat dalam bentuk ilmu, layanan, dan kepemimpinan. Dengan demikian, universitas tidak hanya menjadi produsen ilmu pengetahuan, tetapi juga aktor moral yang hidup dalam ekosistem sosial yang lebih luas.
Seminar ini menjadi momentum penting untuk mendorong kesadaran bersama bahwa filantropi adalah instrumen strategis dalam pembangunan kampus modern. Tidak hanya dalam aspek pembiayaan, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun nilai, loyalitas, dan kepemilikan bersama terhadap masa depan pendidikan tinggi. Keterlibatan alumni dalam memberi kembali kepada almamater dan masyarakat menjadi salah satu fondasi penting dalam membentuk universitas yang kuat, mandiri, dan relevan. Dalam konteks ini, FISIP UIN Bandung menyampaikan komitmennya untuk terus menjadi bagian dari jejaring regional yang mendorong kolaborasi lintas negara dalam pengembangan pendidikan berbasis nilai, keberlanjutan, dan kontribusi sosial.
